Pernah heran kenapa produk yang kamu buat tidak laku meski sudah bagus? Atau kenapa pelanggan tiba-tiba pindah ke produk lain padahal milikmu lebih murah?
Jawabannya sederhana: orang tidak membeli produkmu. Mereka “menyewa” produk itu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam hidupnya.
Banyak orang berpikir, fitur lebih lengkap = produk pasti laku. Sayangnya, realitas tidak sesederhana itu. Bayangkan seseorang membeli teh botol. Alasannya bukan sekadar rasanya manis. Yang mereka cari sebenarnya adalah:
- cara cepat menghilangkan haus,
- rasa segar di tengah panas,
- harga yang ramah di kantong.
Kalau ada minuman lain yang lebih cepat menyegarkan, mereka bisa langsung berpindah. Artinya, yang menentukan bukan produknya, tapi pekerjaan yang ingin diselesaikan pelanggan.
Baca artikel lainnya:Jangan Sampai Produk Anda Berakhir Game Over: Pahami Jobs to Be Done (JTBD)
Jobs-To-Be-Done: Sudut Pandang yang Berbeda
Jobs-To-Be-Done (JTBD) adalah cara memahami pelanggan dari sisi pekerjaannya, bukan produkmu. Tugasmu sebagai innovator: memastikan produkmu benar-benar relevan dengan “job” itu. Dengan begitu, produkmu bukan hanya ada, tapi dibutuhkan.
Dari Ego ke Empati: Strategi Praktis
- Amati konteks pelanggan. Kapan, di mana, dan mengapa mereka butuh solusi?
- Tanyakan tujuan. Apa hasil akhir yang mereka cari?
- Uji alternatif. Kalau ada solusi lain lebih cepat atau murah, apakah mereka akan pindah?
Tiga langkah ini akan membawamu keluar dari jebakan ego “produkku terbaik” menuju empati: “apa yang benar-benar mereka butuhkan.”
Insight yang Bisa Langsung Dipakai
- Bicara soal manfaat nyata, bukan fitur.
- Gunakan bahasa sederhana yang dimengerti pelanggan.
- Ingat: pelanggan tidak loyal pada produk, tapi pada pekerjaan yang selesai dengan baik.
Kalau ingin produkmu benar-benar laku keras, berhentilah sekadar menjual barang. Mulailah dengan memahami Jobs-To-Be-Done pelanggan. Di situlah kuncinya. Pelajari lebih dalam di sini: s.id/SolusiJTBD